Music

Selasa, 16 April 2013

My Wife Bos

Disiang yang panas, aku sedang asyik berada di warung rokok didepan kantor yang berada di bilangan Sudirman. Sambil menyeruput teh botol yang ada ditangan sampai habis, akupun kembali ke area kantor menuju mobil yang ada di basement kantor. Selagi menuju ke mobil, tiba-tiba HP-ku berdering. Ternyata atasanku yang menelpon untuk segera menjemputnya di lobby kantor. Aku langsung buru-buru berlari ke sedan Mercedes SLK 200 Kompresor dan menyalakan mesin.

Beberapa saat kemudian aku sudah berada dijalan Sudirman dengan atasanku. Aku seorang supir pribadi yang baru aktif sekitar 3 bulan terakhir ini. Namaku Dani dan baru berumur 22 tahun. Aku bekerja seperti ini hanya untuk menambah uang saku kuliah. Aku kuliah di salah satu universitas yang lumayan terkenal di Jakarta Selatan. Tinggiku kira-kira sekitar 171 cm dengan berat badan sekitar 55 kg. Teman-temanku bilang aku cukup humoris dan senang bercanda. Aku juga hanya orang yang biasa-biasa saja. Setelah aku mengantar atasanku ke tujuan, beliau ingin aku menjemput anaknya di kampus yang bernama Novi.

Aku kemudian menjalankan mobilku menuju daerah Pasar Minggu. Aku melihat jamku yang menunjukkan setengah jam sebelum jam 3. Langsung aku menginjak gas di tol dalam kota dengan kecepatan tinggi dan keluar di Pancoran. Dalam beberapa menit aku pun sampai di kampusnya Novi.

Nampaknya Novi belum kelihatan batang hidungnya. Aku keluar dari mobil yang kuparkir di pelataran parkir kampus itu dan menuju tukang rokok dan memesan teh botol. Waktu sudah berjalan selama 1 jam. Tapi kenapa Novi belum kelihatan juga ya? Akhirnya aku menelpon Novi ke Hpnya. Setelah menunggu beberapa detik, hpnya diangkat.

“Nov, kamu dimana? Kok belum keluar juga? Lumutan nih nungguin kamu…”

“Waduh, sorry Dan, aku lagi ada tambahan waktu kuliah nih. Dosennya lagi marah-marah. Tungguin aku deh sebentar lagi“, rujuknya manja.

“Ya udah. Buruan yah. Aku tunggu di depan pintu kampus, oke?“

Selang 15 menit akhirnya Novi kelihatan sedang berlari kecil menuju kearahku. Novi mempunyai pesona yang cukup menarik. Dengan tubuh langsing dengan tinggi kira-kira 165 cm, rambutnya pun terurai panjang sampai punggungnya. Muka oval, bibir yang cukup menggoda, mempunyai dada yang cukup menantang dengan ukuran kira-kira 36B dan juga mempunya pantat yang cukup berisi. Maklum, Novi fitness dengan teratur dirumahnya. Jika kunilai-nilai, angka 8 sudah cukup untuk malaikat yang satu ini. Dengan memakai kaus ketat dan celana jeans cukup membuat tubuhnya menonjolkan keseksiannya. Saat ini Novi belum mempunyai pacar. Dia putus sekitar 1 tahun lalu.

“Dan, maaf ya aku kelamaan. Habis dosennya ngadain tambahan waktu. Eh, papa udah pulang?”, katanya manja sambil bergelayut dilenganku.

“Ga papa kok. Papa lagi ada janji bertemu dengan kliennya. Kemungkinan papamu diantar oleh kliennya ke rumah. Jadi setelah jemput kamu, Aku bebas“, kataku sambil menyeruput minumanku sampai habis.

“Kalo gitu, temenin aku jalan-jalan yah? Besok kan libur.”

“Ya udah. Kamu mau kemana? Aku juga lagi ga ada kerjaan nih“, kataku sambil menuju mobil dengan Novi masih bergelayut manja dilenganku.

Aku dengan Novi mungkin bisa dibilang sebagai sahabat dekat sejak aku menjadi supir pribadi papanya. Ketika pertama kali bertemu, aku melihat Novi sangat pendiam dan menutup diri akibat putus dari pacarnya terdahulu. Papanya kemudian menugaskan aku untuk membuat Novi tersenyum sebagai tugas pertama. Setelah 3 hari berusaha keras mendekati Novi, akhirnya untuk pertama kalinya, Novi tersenyum dengan manis diwajahnya yang sedikit lesu. Sejak itu, aku menjadi orang kepercayaan Papanya untuk menjaga Novi.

“Mmm, kita ke mall yuk, Dan? Aku mau refreshing sambil window shopping nih. Siapa tau ada barang bagus…”, katanya sambil membuka bungkus lollipop dan memasukan ke mulutnya. Aku terkadang berkhayal, kapan aku bisa mengulum bibirnya yang cukup membuat darahku berdesir.

Setengah jam kemudian, kami sampai di mall. Setelah turun dari mobil, kami langsung jalan-jalan di mall yang cukup terkenal itu. Tanpa lelah, Novi berputar dan melihat-lihat barang-barang yang ditawarkan di kaca toko dan sesekali meminta pendapatku untuk menilai barang yang dia inginkan. Entah Novi sadar atau tidak, tangannya menggandeng tanganku dengan erat selayaknya sepasang kekasih. Aku yang merasakan hal ini hanya bisa diam dan menikmati saja.

Setelah berbelanja segala macam barang, akhirnya kami makan di food court. Setelah memesan makanan, kami mencari tempat yang bisa duduk nyaman berdua. Ditengah-tengah makan, tiba-tiba Novi bertanya sesuatu yang mengejutkanku.

“Dan, kamu udah pernah pacaran?“

“Wah, kok tiba-tiba sih? Kalo pacaran sih baru sekali doang kok. Hanya bisa bertahan 1 tahun aja. Memangnya kenapa?“, tanyaku penasaran.

Ah ngga kok. Cuma mau buka obrolan aja. Habisnya selama ini kan kamu ngga pernah cerita tentang kamu. Makanya aku langsung tanya kesitu aja.“

“Yah, beginilah aku Nov. Mana ada sih yang suka sama aku. Aku cuma orang yang biasa-biasa aja. Ngga ganteng, ngga gaul, yah…ini aku apa adanya aja.” Memang aku seperti ini kok.

Tangannya dengan lembut memegang tanganku. “ Tapi orang biasa dan apa adanya seperti kamulah yang bisa bikin aku tersenyum dan tertawa. Sejak kejadian itu, baru kamu yang bisa bikini aku kembali tersenyum. Makasih ya Dan. “

Aku melihat jam ditanganku, “Kita pulang aja yuk? Nanti papa kamu khawatir kamu belum pulang. “

Novi menyetujuinya dan kami beranjak menuju mobil dan pulang. Jam menunjukkan jam setengah 9 malam dan tiba-tiba telpon genggamku berdering. Aku melihat dilayar hp aku, ternyata Papanya Novi menelpon dan memberitahu kalau dia akan tugas keluar kota.

“Papa kenapa Dan? Keluar kota lagi yah?”, Novi tiba-tiba bertanya.

“Iya Nov. Kalo gitu, Aku pulang dulu ya ambil pakaian dulu kerumahku. Rasanya aku bakalan nginep dirumah kamu. Ngga apa-apa kan?”

“Ya udah. Aku juga belum pernah kerumah kamu koq. Nanti sediain minum yah. Haus nih”, katanya manja.

Aku langsung pulang kerumah untuk mengampil pakaian. Sebelum kembali berangkat aku memberikan Novi minum, kemudian langsung berangkat ke rumah Novi yang megah. Sekitar jam 11 malam aku sampai juga dirumahnya Novi. Aku kemudian masuk kehalaman dan kemudian membuka garasi yang kebetulan otomatis. Setelah aku memarkirkan mobil, ternyata aku melihat Novi sudah tertidur pulas.

Aku tidak tega membangunkan Novi karena dia terlihat letih. Aku kemudian mengangkatnya dari mobil dan membawanya kekamar tidurnya. Wangi tubuh dan dadanya yang sedikit menyentuh dadaku membangkitkan gairah laki-lakiku. Tapi aku tidak mau bertindak ceroboh dengan anak atasanku.

Ketika aku membaringkannya di tempat tidur, aku memperhatikan wajahnya yang sayu dan damai disaat Novi tidur. Jam menunjukkan jam 11 malam pada saat itu. Kemudian pelan-pelan aku keluar dan menutup pintu kamarnya. Aku kemudian turun kebawah dan pergi ke dapur untuk membuat mie rebus. Beberapa menit kemudian aku sudah menyantap mie rebus bikinanku didepan TV. Kebetulan aku memang belum ngantuk.

Suasana pun terasa sunyi senyap dan hanya terdengar suara dari TV. Ternyata jam sudah menunjukkan angka 1 di ujung jarumnya. Tiba-tiba ada suara pintu kamar terbuka. Ketika aku melihat keatas, ternyata Novi terbangun dari tidurnya. Novi sudah mengganti bajunya dengan tank top pendek warna biru muda yang memperlihatkan buah dadanya yang montok berisi dan celana yang lumayan pendek, sehingga paha mulusnya yang putih bersih itu membuatku menahan napas.

“Lho Nov, kok bangun? Udah malem begini kenapa masih bangun..?”

“Habis aku lapar Dan. Mo cari makanan didapur”, katanya sambil menuruni tangga.

Tak lama Novi sudah berada didepanku dan menghempaskan pantatnya di sofa.

“Ternyata kamu masih bisa lapar yah? Sebentar yah aku buatin mie rebus. Mau kan..?”

“Boleh deh. Daripada ngga diisi perutnya”, tangannya sambil mengelus-elus perutnya yang rata.

Beberapa menit kemudian aku keluar dari dapur sambil membawa mie rebusnya. Tapi ketika sampai di sofa, Novi malah terlihat sedang tiduran di sofa sambil terkantuk-kantuk.

“Tuh kan ngantuk. Bukannya tidur aja tadi. Ini mienya mau dimakan apa ngga? Mie buatanku enak lho..”

“Oh iya Dan, maaf, mataku ga bisa diajak kompromi.”

Novi mulai memakan mie yang diatas meja. Dengan posisi duduk dilantai, badan Novi agak condong kedepan karena posisi meja mejauh sedikit. Dari situ aku melihat bagian belakang badannya. Terlihat pantat yang benar-benar terawat dan terlihat kenyal. Sepertinya dia tidak memakai celana dalam, karena tidak terlihat dibagian atas celananya sebuah karet celana dalam yg biasa terlihat kalau cewek-cewek dalam posisi seperti itu.

Setelah selesai makan, Novi beranjak kedapur.

“Nov, titip aer putih yah.. Haus nih…”, teriakku.

Kemudian dia kembali sambil membawa segelas air putih dingin ditangannya.

“Nih. Tumben minta air putih.. “, sambil menyodorkan segelas air putih ke arahku.

“Abisnya haus sih, ngeliatin kamu terus..”

“Iihh….gombal deh…. “ tangannya kemudian mencubit lenganku.

“Salah sendiri kamu keluar pake baju kaya gitu “, kemudian aku membalas dengan menggelitiki pinggangnya.

“Ahahha…..Daan…brenti, geli tau…ahaahaha…. “

Kami pun akhirnya malah bercanda disofa sambil saling gelitik satu sama lain dan pukul-pukulan dengan bantal sofa. Novi tak henti-hentinya tertawa riang seperti anak kecil. Pada akhirnya kami berhenti karena kelelahan sambil terduduk di sofa. Dengan nafas terengah-engah karena kehabisan nafas, Novi memalingkan kepalanya kearahku.

“Dan, udah lama aku ngga bercanda kaya gini. Makasih yah udah nemenin aku malam ini.“

“Iya ngga apa-apa. Lagipula ini juga salah satu tugas papa kamu khan.“

“Makasih Dan udah mengisi waktu aku. Aku ngga tau harus berkata apa lagi …“

Telunjukku kemudian menutup mulutnya, “Udah ngga usah ngomong apa-apa lagi..”

Kami mulai menatap dalam satu sama lain. Perlahan-lahan muka kami mulai berdekatan dan bibir kami mulai perpagutan. Awalnya hanya ciuman biasa. Tapi kemudian mulai memanas. Melebur dengan lembut dan terasa hangat. Kuraih tangan Novi, kurangkulkan ke leherku. Kuraih pinggangnya, kutarik sedikit kebawah hingga rebah tanpa melepaskan pagutan kami. Sekarang justru bibirnya yang semakin aktif.

Kulepaskan pagutannya, kemudian aku menatap lembut matanya, “Nov, aku sayang kamu sejak aku mulai mengenal kamu. Tapi aku takut sama Papa kamu. Aku ga mau macem-macem. Tapi…“

Tiba-tiba jari telunjuknya menutup mulutku. “Dan, aku juga sayang kamu. Karena kamulah aku bisa kembali seperti dulu. Aku sayang kamu Dan..“

Dengan hati yang senang, kusambut lagi dengan ciuman yang lebih menggelora, lidah kami bergelut dan menari di dalam. Novipun menyambut ciumanku dengan penuh gairah yang seakan-akan mau meledak dengan sendirinya.

Ciuman kami mulai menjadi-jadi dan sangat bergairah. Tidak jarang suara lenguhan keluar dari mulut Novi yang saat ini sedang aku kulum. Sesaat kemudian, aku melepaskan bibirku.

“Nov, ngga apa-apa aku melakukan ini padamu?”

“Dan, ngga apa-apa kok. Aku ngga nyesel melakukan ini sama kamu. Tapi aku ingin kamu tau, kalau saat ini aku udah ga perawan lagi. Aku pernah melakukannya dengan mantanku.“

“Nov, aku sayang kamu…”

“Aku juga Dan..”

Kucium bibirnya sambil mempermainkan lidahku dan ternyata reaksinya diluar dugaan. Lidahnya ikut bermain dengan lidahku dan sementara tanganku mulai meraba-raba punggungnya dengan lembut, membuat nafasnya memburu ditengah-tengah kecupan dan pagutan bibir kami berdua. Sementara itu, tanganku mulai turun ke arah dadanya, montok dan memang benar-benar besar dan kenyal. Nafasnya makin memburu tatkala kecupanku turun ke lehernya dan kugigit-gigit kecil.

Kemudian, kutarik tubuhnya dengan pelan hingga Novi duduk menghadap di pangkuanku. Ciumanku kemudian kuteruskan ke leher jenjangnya. Matanya memutih lalu kepalanya mendongak penuh dengan kenikmatan yang membuatnya kembali melenguh keenakan.

Kujilati dengan napas agak memburu. Novi kembali melenguh dan badannya menggelinjang. Dengan pelan kubuka bajunya dari belakang. Terlihat jelas olehku bahwa tidak ada penolakan atas kemauanku ini. Dengan perlahan, tangannya terangkat keatas untuk memudahkanku melepas bajunya. Sekarang terpampanglah buah dada yang selama ini membuatku menelan ludah dan hanya bisa kunikmati dari luar. Dengan birahi tinggi, tangan kananku meremas pelan dada kanannya sementara tangan kiriku memegang punggungnya supaya tidak jatuh. Sedangkan jilatanku mulai turun dari leher menuju dada bagian atas dan belahannya.

Tangannya menyuruhku membuka baju. Novi kemudian turun dari pangkuanku dan membantu melepaskan baju dan celanaku. Akupun bertindak sama. Tak lama kemudian kami hanya memakai baju dalam saja. Ternyata Novi memakai celana dalam yang cukup pendek. Pantas tadi tidak kelihatan. Kemudian aku membaringkan Novi di sofa dan menatap matanya.

Sambil mengatur nafas, aku mulai menjilat menurun ke arah dadanya, kubuka cup bra nya dan lidahku mulai bermain dan berputar-putar disekitar putingnya. Lumatan mulutku pada buah dadanya membuatnya benar-benar terangsang sehingga mulutnya mulai bernyanyi. Sambil aku membuka kait bra nya dan berhasil melepas bra nya, aku terus memainkan lidahku pada dada dan puting Novi, membuat Novi terpekik tertahan sambil mendadak kedua tangannya mencengkeram kepalaku dan mendekap kepalaku agar menghisap dan menjilati putingnya yang semakin keras. Novi sendiri kelihatannya sangat menikmati gairah yang semakin meledak-ledak dalam dirinya, ditambah bibirku yang semakin liar menjilati dan menghisapi puting Novi.

“Ahh….Danii…jangan siksa aku Daan…uuh..” Novi terus meracau karena merasakan nikmat.

Aku terus memberikan rangsangan yang membuatnya tidak bisa diam. Kemudian kucubit sedikit putingnya bersamaan dan Novi mulai mengerang, kemudian aku mulai pelintir putingnya ke arah yang belawanan dengan lembut. Perlakuankun ternyata membuatnya bergelinjang hebat tak karuan.

“Ohh… Dani, terus Dan... stt...”

Sekarang, gantian puting kirinya yang menjadi korban. Lidahku menari-nari dan sesekali dihisapnya dengan kuat. Tak tahan melihat susunya yang mencuat, perlahan kuremas dengan tangan kiriku. Kemudian perlahan lidahku turun ke arah perut, berputar, memainkan lubang pusarnya.

“Aahhh…oohh..oohh…Daniii…terus …enak Daaan…aahh…“

Kemudian tanganku menuju ke arah selangkangannya yang masih tertutup celana dalam. Aku raba dari luar celananya dan terasa basah karena cairan kenikmatannya. Aku sedikit menekan dan meraba naik turun dengan pelan dan pasti sehingga membuat Novi meracau kembali.

Dan akhirnya aku memasukkan tanganku kedalam celananya dan mencari klitorisnya untuk menjadi mainan jariku. Setelah mendapatkannya, aku langsung menggerakan jariku menyapu kiri kanan pada klitorisnya. Novi langsung berteriak sambil menaikkan pinggangnya.

“Aah…Kamu apain aku Dan, nikmat sekalii..oouhh...ooh..hmmh..aa hh..”, katanya sambil menggelinjang kenikmatan.

“Sayang, punya kamu wangi sekali. Tenang yah..kamu rasain aja”.

Aku terus memainkan kitorisnya dengan gerakan memutar dan menggesek. Namun tidak berapa lama, kurasakan pahanya menjepit tanganku, dan tangannya memegang tanganku agar tidak bergerak dan tidak melepaskan lubang surgawinya. Dengan pantat yang terangkat dan kepalanya yang mengadah, kusadari Novi mengalami orgasme yang pertama.

“Daan, aku keluar sayaang…haah..aaah…mhh..aahh.. !!“

Setelah mereda, kupeluk erat badannya dan berusaha tetap merangsangnya kembali. Dan benar saja, beberapa saat kemudian, nampak dirinya sudah kembali bergairah, hanya saja kali ini lebih berani. Novi bangun dari sofa dan menarikku untuk pindah kekamarnya. Beberapa saat kemudian, kami sampai dikamarnya. Aku menutup pintu kamar dan berbalik langsung menuju dimana Novi berdiri. Aku langsung mencium bibirnya yang mengairahkan dan tangan kananku membelai lembut lubang surgawinya dari luar celana dalam yang basah karena orgasmenya. Kini Novi juga semakin berani memegang, meraba, dan menggerakkannya naik turun penis ku yang dari tadi masih menggeliat dibelakang celana dalamku.

Dengan bibir masih terpaut, aku merebahkan Novi ke tempat tidurnya. Kemudian aku melepaskan celana dalamnya dan akhirnya aku bisa melihat Novi telanjang didepan mataku.

“Dan, jangan diliatin begitu dong, kan malu..”, katanya manja.

Kemudian kedua tangannya merengkuh leherku dan berkata, “ Dan, puasin aku. Aku ingin malam ini hanya menjadi malah buat kita aja. Aku ingin kejadian ini menjadi kenangan kita.”

“Iya sayang. Aku pasti puasin kamu. Aku akan bikin kamu mengingat kejadian ini“, kataku sambil mengecup bibirnya.

Kemudian aku mulai bergerak kebawah. Aku membuka kakinya dengan kedua tanganku, dan melihat segarnya lubang surganya yang merah.

“Novi sayang, nikmati yah?”, kataku sambil melihat matanya.

Novi hanya menganggukkan kepalanya dengan senyum dibibirnya. Dengan lubang yang ditumbuhi bulu-bulu halus yang teratur rapi nan cantik, vaginanya cukup membuat jantungku berdetak kencang. Kukecup bibir atas benda indah itu yang dengan serta merta mengeluarkan aroma yang khas. Dengan lidahku yang dengan gerakan berputar pelan-pelan menjelajahi vaginanya dengan lembut sekali. Lidahku naik turun pada permukaan vaginanya dan akhirnya aku menemukan klitorisnya dan menjilatnya berputar pelan-pelan.

Aku merasakan perutnya yang kembang kempis karena nafasnya yang menderu. Novi amat menikmati sensasi ini dan Aku terus berimprovisasi dengan arah jilatannya yang berbeda-beda, membuat Novi terus meracau.

Kemudian, giliran ibu jariku yang bekerja dengan lincah menggosok dan memainkan clitoris Novi dengan gerakan memutar. Pelan-pelan, kumasukkan jariku kedalam vaginanya, sambil menjilati clitorisnya lebih keras. Novi gelagapan karena kenikmatan yang tiba-tiba menyergap tubuhnya ini.

Novi meremas sendiri susunya. Kali ini, aku masukkan 2 jari dan digerakkan keluar-masuk dengan lembut, dan lidahku tak henti menjilat dan mengulum clitorisnya.

Aku ingin memberikan kepuasan kepada Novi semaksimal mungkin, sehingga dia akan merasakan nikmat yang sebenarnya. Klitorisnya kuhisap dan kugigit-gigit kecil. Hal ini membuat Novi menggoyangkan pantatnya yang padat, kenyal serta mulus itu dengan gila.

“Hh.. Daan.. ohhh…nghh…mmhh...hhaahh…”

Mempertahankan kelembutan tekanannya, lidahku semakin cepat menggesek vagina dan klitoris Novi, sehingga membuatnya mendesah dan merintih tak terkendali. Wajah menggemaskan Novi tampak semakin menggairahkan dengan mata terpejam menikmati permainan ini.

Aku terus menghisap-hisap klitorisnya dengan keras dan masih memainkan jariku di vaginanya. Tiba-tiba Novi mengangkat pantatnya dan menjepit kepalaku,

“Aohh..aahh...Danii, aku keluar sayaang…aah…aahh..!!”

Aku seakan tak perduli dengan rintihannya,tapi malah tempo jariku yang keluar masuk vagina dan jilatan-jilatan yang makin keras pada kitorisnya

“Aggh..agh..Aahh…” Akhirnya keluar lenguhan dan rintihan panjang dari mulutnya. Badan Novi menggelinjang begitu hebat, pantatnya naik- turun dengan gerakan tak beraturan, sampai akhirnya cairan vaginanya meyemprot keluar banyak sekali. Dan pinggul Novi terangkat sampi akhirnya jatuh setelah orgasmenya berakhir.

Aku hanya memperhatikan wajahnya yang berkeringat dan merasakan sisa-sisa kenikmatan yang masih menderanya. Perlahan aku bergeser ke atas dan tiduran disampingnya. Wajahku menatap wajahnya, seketika Novi menoleh kearahku. Kamipun bertatap mata sejenak.

“Dan, makasih yah. Aku bener-bener menikmati malam ini. Sekarang giliran kamu yang aku servis”, katanya lembut.

“Memangnya kamu ngga capek? Aku ngga puas ngga apa-apa kok. Yang penting kamu puas.“

“Ngga Dan. Aku mau muasin kamu. Sekarang kamu santai aja yah…“, tangannya kemudian meraih batangku yang masih setengah menegang.

Celana dalamku akhirnya dibuka dan dibuang ke sudut kamarnya. Dengan pelan tangannya mengelus batangku dengan lembut. Sesekali dikocok naik turun dengan pelan. Aku hanya bisa melihat dan menikmati apa yang dia lakukan.

“Hmmh…Nov, tangan kamu enak...”

“Kamu rileks aja yah. Biar aku yang gantian servis kamu..”

Setelah berkata seperti itu, lidahnya mulai menjilat bagian tengah batangku dan sesekali di hisap. Sambil terus menstimulasi batangku, mulutnya mulai menghisap bagian kepala batangku yang memerah. Seperti layaknya bayi yang lagi minum susu dari botol, Novi mengulum batangku yang sudah mengeras.

“Hmm…Noov, mulut kamu enak banget Nov..sstt…hmmm..”

Dengan tempo yang bertahap, mulutnya mulai menghisap dan bergerak naik turun. Nampaknya Novi terlihat ahli melakukan hal ini. Aku juga tidak mau tinggal diam. Aku menyuruh Novi untuk pindah kesamping kanan sehingga membentuk huruf T dengan posisi menungging. Dengan posisi itu, tanganku bisa meraih vaginanya. Aku kemudian memainkan klitorisnya dengan 2 jari kananku dan sesekali memencet lembut biji klitorisnya. Dengan mulut penuh, masih bisa terdengar suara lenguhan yang lembut.

“Hmmhhm..uummh..Daan kamu nakal…hummhh..”

“Biarin. Biar kamu ‘panas’ lagi…”

Tanganku terus memainkan klitorisnya sampai vaginanya terlihat berkilat karena basah. Akhirnya, Novi kembali pada nafsunya yang tinggi. Dengan tempo cepat, Novi terus menghisap dan bergerak naik turun. Aku yang merasa keenakan, tak mau cepat berakhir.

“Novi, udah sayang..uhh...aku ga mau keluar cuma begini aja..”

Akhirnya batangku lepas dari kulumannya. Dengan wajah nakal, posisi Novi pindah dengan duduk diperutku. Wajahnya mendekati wajahku dan mencium lembut bibirku.

“Dan, aku masukin yah…aku udah ngga tahan, bolehkan…?“ Sambil bertanya, Novi menggerakkan pinggangnya maju mundur diperutku. Mungkin supaya gairahnya tetap pada tempatnya.

“Boleh sayang…terserah kamu aku mau diapain…”

Dengan senyuman yang terlihat nakal, Novi berlutut tepat diatas batangku yang sedang menjulang dengan gagahnya. Tangan kanannya meraih batangku dan mengarahkan ke vaginanya. Dengan pelan, Novi menurunkan pinggangnya. Dengan tepat, batangku akhirnya masuk setengah. Terlihat Novi mendongak keatas sambil mendesah pelan.

“Aduh Dan…punya kamu mengisi penuh punyaku…uhhh…nikmat banget Dann..”

Tanganku memegang pinggangnya, dan secara sengaja menekan kebawah supaya batangku amblas masuk kevaginanya. Teriakan kecilpun terdengar dari mulutnya.

“Aaah….Daann, kamu nakal yaah…uhh…sstt…haahh...”

Kami diam sesaat untuk merasakan kenikmatan ini. Aku merasakan vagina Novi yang menjepit-jepit batangku. Serasa hangat dan nikmat sekali. Dengan pelan, Novi mulai menggerakkan pinggangnya naik turun. Desahanpun keluar dari mulutnya seiring dengan gerakan yang dia lakukan. Tanganku meraih buah dadanya yang bergerak naik turun dan meremas-remas. Sesekali aku pilin-pilin putingnya.

“Ahh..ahh…Dan…ahh...enak Dan…ooh..nikmat sayang…”

“Terus sayang..uh..enak banget vagina kamu..ahh..ahh…hmm..”

Tanpa sadar akupun mendesah karena keenakan. Gerakan Novi juga mulai berubah dari naik turun mejadi gerakan memutar juga maju mundur. Jepitan vaginanya pun benar-benar membuat penisku seperti dihisap.

“Aahh..Noov, memek kamu enak banget Novv…stt…oohh..” Aku mulai berani berkata seperti itu demi membangkitkan suasana birahi supaya semakin panas.

“Hmm…kontol kamu juga gede Dan…aahh..aahh…” Tak kalah berani Novi ikut mengeluarkan kata-kata yang jarang disebutkannya itu.

Pinggang aku gerakkan naik turun untuk mengimbangi gerakan Novi yang semakin cepat, yang terbukti juga membuat Novi semakin hilang kendali. Kepalanya mengadah keatas sambil berteriak keenakan.

“Aaahh…ahh…Danii..terus Dan. Enak banget kaya gini…aaahh…ooohhh…”

Desahan dan teriakan Novi benar-benar seksi dan membuat birahiku terus naik dan naik sampai ke ujung kepalaku.

Kemudian, aku mulai ganti posisi doggy style karena nampaknya Novi sudah mulai kelelahan dengan posisi seperti tadi. Dengan pelan tapi pasti, aku memasukkan batangku ke vaginanya. Dengan hentakan lembut, habis sudah batangku ditelan oleh vaginannya. Dengan gerakan maju mundur secara perlahan, terasa sekali sempitnya vagina Novi dan jepitan yang dilakukannya.

Kulihat raut wajah Novi. Dia tampak mengejamkan kedua matanya sambil mendesah lalu menahan nafas sejenak karena merasa keenakan dengan apa yang sedang dia rasakan sekarang.

“Uughh...uughh..aahh..Danii, nikmat banget Dann...”, desah Novi sambil memejamkan matanya. Akupun mendesah kenikmatan dengan keluar masuknya batangku di dalam vagina Novi.

Rasa nikmat makin merajalela dalam diriku ketika Novi memutar pantatnya yang padat sambil mengimbangi gerakan pantatku ke vaginanya. Penisku serasa disedot dan dipijit serta seperti melarang penisku yang sedang bekerja ini untuk keluar dari vaginanya.

“Aaahh..Nov, memek kamu enak Nov…Terus seperti itu Noov…ahhh..uhhmm…” Aku kini tak malu-malu untuk berteriak keenakan.

“Iya sayang…kontol kamu juga enak banget…terus yang..teruus…ahhh…ouuhhh…oohh”

Aku tidak tahu berapa lama posisi ini berjalan. Sampai akhirnya Novi mempercepat gerakan pantatnya.

“Ooghh…ahh..aghh…yess…ahh….Dan n, aku mau keluar Dann…”

“Aku juga Nov..kita keluar bareng ya..uugh..ughh…”

Gerakan kami mulai cepat dan liar demi mencapai puncak yang kami dambakan. Beberapa menit kemudian, punggung Novi melengkung dengan kepala mengadah keatas sambil mengerang panjang.

“Ahh…aah…Danii…aku keluar Dann…ahh..aah..aahh..!!”

“Sayaang, aku juga keluaarr...ahh...sstt..aahh..”

Pada saat yang bersamaan, batangku aku masukkan dalam-dalam karena aku merasakan hal yang sama dengan Novi. Setelah beberapa saat setelah orgasme, tubuhku terkulai lemas dan jatuh disebelah Novi. Kudekatkan mukaku dengan Novi dan aku mencium bibir Novi dan memandang matanya.

“Nov, aku sayang kamu. Aku ngga mau jauh dari kamu.“

“Aku juga Dan. Jangan tinggalin aku yah. Makasih atas malam yang indah ini.“

Kami akhirnya tertidur dengan pulas dikamar Novi. Pada hari-hari berikutnya, kami akhirnya mempunyai ikatan status pacaran yang terjalin sampai sekarang. Jika ada waktu luang atau rumah Novi kosong, kami pasti melakukannya entah di taman, kolam renang, ruang makan, dapur bahkan ruang tamu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar